Komet adalah obyek angkasa luar yang berupa gumpalan batu, air, dan tanah yang bergerak mengelilingi (mengorbit) matahari. Komet memiliki orbit atau lintasan yang berbentuk "Elips", lebih lonjong dan panjang daripada orbit planet. Tetapi karena komet berasal dari luar sistem tata surya, dan cenderung tertarik kepada planet besar, akibat adanya daya tarik gravitasi, maka orbit komet senantiasa berubah dan dapat jatuh ke planet-planet tersebut, misalnya jatuh ke bumi atau planet-planet lain. Bila orbit komet ini menuju ke matahari, maka akan terbakar dan musnah. Komet yang memancarkan sinar yang cerah akan memberikan pemandangan yang indah di kegelapan malam.
Ciri fisik
Komet diduga berasal dari sisa pembentukan bagian luar (tepi) planet atau sejenis awan yang disebut awan Oort. Bagian tepi planet atau tatasurya ini dapat masuk ke bagian dalam tata surya menjadi komet periode pendek. Komet periode pendek (kurang dari 20 tahun) diduga juga berasal dari “the Edgeworth-Kuiper Belt”, yang berada di luar planet Neptunus, dimana mereka kadang terganggu efek gravitasi dari bagian luar planet yang besar.
Komet periode panjang terbentuk dari awan Oort, yang berada jauh dari di luar orbit Pluto, suatu obyek benda langit berbentuk spheris, yang terbentuk dari kompresi berjuta-juta material, pada tepi sistem tata surya, “probably by passing star”.
Ketika komet menghampiri bagian dalam sistem tata-surya, radiasi dari matahari menyebabkan lapisan luar yang berbentuk air menguap. Arus debu dan gas yang dihasilkan akan membentuk suatu atmosfer yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling komet, disebut "koma".
Akibat tekanan radiasi dan angin tata-surya pada koma ini, terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari. Debu dan gas komet akan membentuk dua ekor yang berbeda, di mana ekor debu akan mengikuti arah pergerakan ekor gas (ion) saat menjauhi matahari. Ini disebabkan oleh karena angin tata-surya, lebih berpengaruh pada ion gas daripada debu.
Ukuran diameter nukleus (bagian pejal di tengah) komet biasanya kurang dari 50 km. Sedangkan ukuran koma, yang mengelilingi nukleus, lebarnya bisa mencapai 250,000 km. Ekor komet berbeda-beda bentuk dan ukurannya. Ekor komet bisa mencapai panjang lebih 150,000,000 km, sehingga sering di sebut sebagai bintang berekor. Jika komet tersebut lebih dekat dengan matahari, ekornya bisa lebih panjang. Tetapi ada juga komet yang tidak berekor.Koma dan ekor komet dapat memantulkan cahaya matahari dan dapat dilihat dari bumi, jika komet itu cukup dekat.
Komet mengorbit matahari berkali-kali, tetapi perputarannya memakan periode yang lama. Komet dapat dibedakan berdasarkan periode orbitnya
Komet periode pendek adalah jika periodenya kurang dari 200 tahun, sedangkan Komet periode panjang adalah jika periodenya lebih dari 200 tahun.
Ada beberapa komet yang terkenal, misalnya:
- Komet Halley, yang muncul 76 tahun sekali
- Komet West, mengorbit setiap 254.000 tahun
- Komet Encke, muncul tiga tahun sekali
- Komet Hyakutake
- Komet Hale-Bopp
Pada tahun 1705, Edmond Halley, menyatakan bahwa ada satu komet yang sama, yang terlihat pada tahun 1531, 1607, dan 1682 dan ia memperkirakan komet tersebut akan terlihat kembali tahun 1758, dan perkiraanya tersebut benar. Karena itulah, maka salah satu dari sekian banyak komet diberi nama komet Halley. Rata-rata periode munculnya komet Halley adalah antara setiap 76-79 tahun sekali. Komet Halley terakhir terlihat pada tahun 1986 yang lalu. Inti atau pusat dari Komet Halley di perkirakan kurang lebih 16x8x8 km. Inti dari komet Halley sangat gelap. Diperkirakan Komet Halley akan nampak lagi tahun 2061.
Punahnya Dinosaurus
Pada 251 juta tahun lalu, telah terjadi kepunahan yang sangat besar di bumi, disebabkan adanya komet atau asteroid yang menabrak bumi, kata para peneliti AS. Kesimpulan itu diperoleh dari atom yang terjebak di dalam kerangka molekular karbon. Tetapi belum diketahui di mana letak tempat tabrakan komet atau asteroid dengan bumi tersebut.
Pada saat itu bumi masih berupa satu kesatuan benua raksasa yang disebut Pangea. Tapi para ilmuwan berhasil mengidentifikasi jalur komet atau asteroid yang menabrak bumi. Di dalam lapisan batu yang ada pada saat itu, terdapat molekul karbon rumit yang disebut Fullerene yang berisi isotop helium dan argon yang terjebak di dalamnya. Fullerene berisi sedikitnya 60 atom karbon dalam struktur yang mirip bola sepak.
Penelitian yang dilakukan terasa sulit, karena hanya segelintir batu berusia 251 juta tahun, yang masih tersisa di bumi. Sebagian besar batu berusia itu sudah didaur ulang melalui proses tektonik di bumi ini. Para peneliti memperkirakan komet atau asteroid tersebut berdiameter 6 hingga 12 km. Asteroid atau komet sebesar inilah yang diduga telah memusnahkan dinosaurus pada 67 juta tahun lalu. Para ilmuwan menentukan ukuran atas dasar dua faktor. Jika berukuran kurang dari 6 km, dampaknya tidak global. Tapi jika berukuran lebih besar dari 12 km, maka fullerene yang mengandung gas disebarkan ke seluruh dunia.
Dampak tabrakan asteroid atau komet seukuran itu mengeluarkan energi yang sangat dahsyat yang setara dengan kekuatan 1 juta kali gempa bumi terbesar yang tercatat selama abad lalu,” kata Robert Poreda, profesor ilmu bumi dan ilmu lingkungan dari Universitas Rochester, New York, AS. Para peneliti yakin bahwa dampak dan kecepatan kepunahan terjadi secara simultan dengan beberapa aktivitas vulkanis di dunia, yang pernah terjadi. Hal itu menyebabkan punahnya 90% spesies laut dan 70% spesies binatang di daratan. Kepunahan massal pada 251 juta tahun lalu merupakan yang terbesar. Banyak fosil, seperti trilobites yang memiliki 15.000 spesies, benar-benar punah dari atas bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar